13. Januari 2007 jam 20:54 |
Prinsip
kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan
pembangkit konvensional, yaitu : air diuapkan didalam suatu ketel
melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dalirkan ke turbn yang akan
bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk
menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik.
Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional menggunakan
bahan bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas. Dampak dari
pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida
(CO2, sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida
(Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut
akan teremisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup,
yang bisa menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global.
Sedangkan
pada PLTN panas yang digunakan untuk menghasilkan uap yang sama,
dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam
reactor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang
disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses
pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak melepaskan
partikel seperti CO2, SO, atau NOx, juga tidak melepaskan asap atau
debu yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh
karena itu PLTN merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN, adalah
berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini
untuk sementara bisa disimpan dilokasi PLTN, sebelum dilakukan
penyimpanan secara lestari.
|